Mahija hadir dengan visi mewujudkan ekonomi sirkular yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, dengan pekerja sampah yang berdaya dan sejahtera.
Bagi Mahija, meningkatkan kesejahteraan pemulung bukan sekadar isu keadilan sosial, tetapi langkah strategis untuk memperkuat pengelolaan sampah nasional. Ekonomi sirkular yang baik hanya bisa terwujud bila manusianya, mereka yang bekerja di lini terdepan daur ulang, ikut terlindungi dan diberdayakan.
Faktanya, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah plastik. Sebagai negara penyumbang polusi plastik terbesar kedua di dunia, Indonesia menghasilkan sekitar 6,8 juta ton sampah plastik setiap tahun, namun hanya 10% yang berhasil didaur ulang. Padahal, di balik rantai daur ulang ini, ada para pekerja sampah, khususnya pemulung, yang menjadi tulang punggung sistem pengelolaan sampah nasional.
Kenyataannya, mereka kerap bekerja tanpa perlindungan, berhadapan dengan stigma sosial, minim akses kesehatan, pendidikan, hingga standar keselamatan kerja. Padahal, sektor informal ini menyumbang pengumpulan hingga 1 juta ton sampah per tahun, kontribusi yang krusial bagi target pemerintah untuk mengurangi 30% timbulan sampah dan 70% sampah laut plastik pada 2025.

Mahija bekerja dari tingkat komunitas hingga kebijakan, memastikan perubahan nyata pada praktek lapangan sekaligus dalam sistem yang lebih luas. Untuk itu, kami juga turut bekerja sama dengan berbagai instansi kami membuka ruang kolaborasi yang bermakna dengan berbagai pihak, mulai dari sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, pemerintah, hingga individu yang ingin terlibat.
Salah satunya di tahun 2024, Mahija menjalin kerjasama dengan The Circulate Initiative (TCI), organisasi nirlaba global yang berfokus pada pengentasan polusi plastik dan pembangunan ekonomi sirkular yang adil di negara berkembang.

Kerjasama ini dijalankan untuk mengimplementasikan Responsible Sourcing Initiative (RSI) yang berlandaskan Harmonized Responsible Sourcing Framework for Recycled Plastics, kerangka global pertama untuk memastikan praktik sourcing plastik daur ulang dilakukan secara adil dan bertanggung jawab.
Responsible sourcing menjadi penting karena perusahaan besar kini dituntut untuk memastikan plastik daur ulang yang mereka gunakan berasal dari praktik yang adil. RSI hadir dengan panduan yang jelas dan praktis yang dapat diadopsi, sekaligus memastikan pekerja daur ulang, termasuk pemulung, mendapat perlindungan, upah yang layak, dan berada dalam sistem yang lebih terorganisir.
Hasil asesmen awal menunjukkan bahwa pekerja informal menghadapi sejumlah hambatan mendasar yang menghalangi kesejahteraan mereka. Mulai dari kurangnya perwakilan pekerja dan saluran aduan, pendapatan yang terbatas dan posisi yang terpinggirkan, minimnya transparansi harga akibat rantai pasok yang terfragmentasi, lemahnya peraturan kesehatan, keselamatan dan standar kerja, hingga keterbatasan sumber daya dan aturan kerja yang sesuai standar.
Untuk menjawab tantangan tersebut, RSI Indonesia dengan Mahija sebagai pelaksana utama telah mengambil beberapa langkah penting, di antaranya:
Kolaborasi ini adalah langkah penting dalam perjalanan panjang menuju ekonomi sirkular yang benar-benar inklusif. Para pemulung bisa lebih memahami hak mereka juga mendapatkan fasilitas sosial, kesehatan maupun pendidikan yang layak. Sebab, ekonomi sirkular yang baik harus dimulai dari manusianya.

Dengan menjadikan para pekerja sampah maupun pemulung sebagai subjek perubahan, bukan hanya objek, Mahija ingin membuktikan bahwa keadilan sosial dan keberlanjutan lingkungan bisa berjalan beriringan.
© MAHIJA PARAHITA NUSANTARA
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.